Gamelan Degung

Image by djuned.com

Pengertian Gamelan Degung

Gamelan Degung adalah salah satu jenis gamelan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat, Indonesia. Gamelan sendiri adalah ansambel musik yang terdiri dari berbagai jenis instrumen, seperti gong, kendang, saron, bonang, dan lain-lain, yang dimainkan bersama-sama untuk menghasilkan musik yang khas.

Berbeda dengan gamelan Jawa, gamelan degung Sunda memiliki ciri khas tertentu dalam struktur musik dan instrumen (waditra) yang digunakan.

Istilah degung secara umum memiliki dua makna, yaitu: Degung sebagai nama perangkat gamelan dan Degung sebagai nama sistem nada bagian dari laras saléndro (berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata).

Istilah lain yang berhubungan dengan gamelan adalah Karawitan, Waditra, Ancak, dan Panakol. 

Karawitan

Istilah karawitan adalah istilah untuk menyebut bentuk seni suara baik berupa vokal (Karawitan sekar), instrumental (Karawitan gending), maupun gabungan antara vokal dan instrumental (Karawitan sekar gending)

Waditra

Istilah waditra khususnya dalam gamelan degung adalah istilah yang mengacu pada alat musik (instrumen) yang digunakan dalam seperangkat gamelan. Waditra juga digunakan untuk menyebutkan alat musik tradisional lainnya, khususnya yang berkembang di masyarakat Sunda. Contohnya seperti waditra Angklung, waditra Tarawangsa, dan lain-lain.

Ancak

Istilah ancak adalah istilah yang mengacu pada penyangga atau tempat untuk menaruh atau menggantung waditra. Biasanya terbuat dari kayu dan diberi ukiran dan tali plastik dan potongan karet.


Waditra Gamelan Degung

  1. Bonang, merupakan waditra penclon yang terdiri dari 14 penclon dalam ancaknya. Berderet mulai dari nada mi alit sampai nada La agend
  2. Saron/Cempres, merupakan waditra bilah yang terdiri dari 14 wilah. Berderet dari nada mi alit sampai dengan La rendah.
  3. Panerus, merupakan waditra bilah bentuk dan jumlah nada sama dengan saron/cempres, hanya berbeda dalam oktafnya.
  4. Jengglong, merupakan waditra penclon yang terdiri dari enam buah. Penempatannya ada yang digantung dan ada pula yang disimpan seperti penempatan kenong pada gamelan pelog.
  5. Suling, suling yang dipergunakan biasanya suling berlubang empat.
  6. Kendang, terdiri dari satu buah kendang besar dan dua buah kendang kecil (kulanter). Teknis pukulan kendang asalnya dipukul/ditakol dengan mempergunakan pemukul. Dalam perkembangannya sekarang kendang pada gamelan degung sama saja dengan kendang pada gamelan salendro-pelog.
  7. Goong, merupakan waditra penclon yang pada mulanya hanya satu gong besar saja, kemudian sekarang memakai kempul, seperti yang digunakan pada gamelan pelog-salendro.

 

Fungsi Waditra

Untuk mengetahui fungsi waditra dalam gamelan degung, harus dibagi dahulu bentuk lagu yang dibawakan. Bentuk lagu yang terdapat pada gamelan degung terdiri dari dua bagian besar, yaitu: Lagu-lagu Kemprangan dan Lagu-lagu Gumekan .

Lagu kemprangan tiada bedanya dengan bentuk Rerenggongan pada gamelan salendro. Biasanya lagu yang dibawakan berirama satu wilet atau keringan, misalnya lagu Jipang Lontang, Gambir Sawit, Kulu-Kulu, catrik dan lain-lain. Pada dasarnya posisi tabuh sama dengan posisi pada gamelan salendro.

Fungsi waditra pada lagu kemprangan ini adalah sebagai berikut:

  • Jengglong sebagai balunganing gending
  • Suling sebagai pembawa melodi
  • Kendang sebagai pengatur irama
  • Saron sebagai lilitan melodi
  • Bonang sebagai lilitan balunganing gending
  • Gong sebagai paganteb wilet

Gumekan sebenarnya nama teknis tabuhan, tetapi di sini bisa diartikan pula sebagai bentuk lagu degung yang khas dalam lagu-lagu ageng. Fungsi waditra pada gumekan sangat berbeda sekali dengan gending-gending lainnya, terutama dalam pembawa melodi lagu.

Fungsi waditra dalam lagu/gending ageng tabuh gumekan:

  • Bonang sebagai pembawa melodi
  • Suling sebagai lilitan melodi
  • Saron/Cempres sebagai lilitan melodi
  • Panerus sebagai cantus firmus
  • Jengglong sebagai balunganing gending
  • Gong sebagai panganteb wiletan

Teknik/Motif Tabuhan pada Gamelan Degung

Waditra Bonang baik pada lagu-lagu bentuk kemprangan maupun bentuk “Gumekan” memerlukan kedua belah tangan yang dalam menabuhnya antara tangan kanan dan kiri ada yang bersamaan baik swarantara gembyang, kempyung dan Adu laras, bergantian (Sunda, Patembalan) sesuai notasi.

Untuk waditra berwilah pada Degung diperlukan teknik tengkepan yaitu tangan yang satu memukul tepat ditengah wilah panakol tegak dan tangan lainnya “nengkep” (memegang waditra untuk mengurangi efek tabuhan sehingga gelombang nadanya tidak menjadi panjang). Sedangkan waditra Jengglong yang menggunakan dua buah pemukul mempunyai ketentuan yaitu tangan kanan untuk nada: 1, 3, 5 alit dan tangan kiri untuk nada: 1, 4, 5

Waditra Kendang dan Suling disesuaikan dengan teknik masing-masing waditra dan kebutuhan.

Kemprangan

Kemprangan adalah cara membunyikan bonang antara tangan kiri dan kanan berjarak satu gembyang, nada gembyang ditabuh bersahut-sahutan.

Motif melodi dapat berbeda-beda, setiap orang dapat membuat melodi masing-masing untuk setiap lagu berdasar Arkuh lagunya dengan prinsip kenongan dan goongan harus sama. 

Nama-nama Gending Degung

Gending-gending degung kemprangan dalam beberapa hal tidak ada bedanya dengan gamelan salendro, tetapi mempunyai kekhususan tertentu dalam lagunya, yaitu lagu-lagu yang jarang dipergunakan dalam gamelan salendro. Lagu-lagunya antara lain; Jipang Lontang, Jipang Prawa, Catrik, Gambir Sawit, Kulu-Kulu, Puspajala, Kunang-Kunang, Paron, dan lain-lain.

Dalam bentuk gumekan, lagu-lagunya antara lain: Palwa, Manintin, Sang bango, ladrak, Lalayaran, Ayun Ambing, Sunda Mekar, Kadewan, Pajajaran dan sebagainya.

Sumber utama: http://pakuwon.tripod.com/gamelan_degung.html

Demikian tulisan singkat tentang Gamelan Degung yang saya rangkum dari beberapa sumber.
Bagi pembaca yang ingin memberikan tambahan maupun koreksi sehubungan dengan artikel tentang Gamelan Degung silahkan menulis di kolom komentar.
Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Comments